🐴 Puisi Rumi Tentang Puasa

Niatpuasa khamis niat puasa sunat isnin khamis aku islam simak ulasan tentang niat puasa wajib bulan ramadhan dan niat puasa sunnah yang . "whatever is prayed for at the time of breaking the fast is granted and never refused.". Niat puasa isnin dan khamis dalam rumi. Lafaz Niat Puasa Sunat Isnin Dan Khamis Sartnics from i0.wp.com
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas. PUISI TENTANG PUASAair hujan deras mengucur keras dari langit hitamlegamsesekali petir berkilat dengansuara menggelegarkata bmkg hujan disertai badai dan petir akan datangmengguncang garangsetiap bulan suci Ramadhanumat berpuasa melaksanakan kewajiban agamapelaksanaan puasatakakan pernahtergantung cuaca,iklim politik, rezim yang berkuasa,parpol yang memerintah, pandemi yang lakukan genocide tanpa ampunpuasa harus berlanjut terusdilaksanakan sepenuh iman dan ketakwaan puasa itu menahan segalanyamenahan haus,lapar, nafsu,puasa itumewujudkan nawaituniat baik yang diridoi ilahipuasa itu mengendalikan tubuh,sikap, ucap,tindakmenghadirkan cara pandang positif puasa adalah momentum untuk bertobat dan membarui diripuasa harus bermuara kepada hidup yang penuh berkahhidup yang mengalirkan iman dan takwahidup yang dituntun oleh nur ilahiyang menyinarijalan lurus dan kudus!Jakarta, 16 April 2021/ Sairin Lihat Puisi Selengkapnya
SubstansiPuasa dalam Puisi Rumi Judul Buku : Pesona Pantai Keabadian Penulis : Kuswaidi Syafi'ie Penerbit : Mitra Pustaka, Yogyakarta Cetakan : Pertama, Juni 2015 Halaman : v-177 hlm Sebab hakikatnya ada pemaknaan lain mengenai puasa yang lebih sublim dan filosofis, yang dengannya seseorang diharapkan mampu untuk benar-benar meraih
Sedentum datangnya, tenang dirasa Sepercik perginya, hilang bermasa Halakan tinggi, tiada terperi Puncaknya iman, tinggalkan diri Bukan nak membandingkan dua kata “puasa” dan “puisi” dalam tulisan ini. Apalagi nak menyamakannya, tentu tak kan sampai sebab beda makna dan tentu saja beda secara hakikat. Meskipun dua kata tersebut, hanya dibedakan pada dua bunyi huruf vokal “a” dan “i” saja. Tetapi agaknya, bila memandangkan pada sisi proses menjalaninya, bolehlah diuraikan kesamaan yang ada. Pada dasarnya, kedua kata ini menurut hemat saya, memiliki muara yang seharusnya sama. Menggenang ia di hamparan rasa. Rasa hening, senyap, takzim yang serba memuncak dan disitulah momen esetetiknya. Sejatinya, setiap momen estetik yang ditangkap, dijalani, diyakinkan dapat dijadikan sarana untuk menggapai pengalaman religius. Ada momen yang berbeda dari keseharian kita, pabila berpuasa dan juga berpuisi. Keduanya, puasa dan puisi hendaknya dijalankan dengan penuh penghayatan dan pengalaman. Sehingga menjadikan tiap laku dalam proses tersebut mendatangkan kebaharuan dan kesegaran jiwa. Puasa dijalani sebagai ibadah di bulan Ramadan, dengan segenap penghayatan diri dalam melakukannya, termasuk ibadah-ibadah yang turut serta di hari baik dan bulan baik tersebut. Dengannya maka mendatangkan pengalaman hidup yang serba optimis, nyaman dan damai. Puisi dihadirkan sang penyair juga demikian, penghayatan akan tiap-tiap momen kehidupan, dirasakan, disarikan, diekstrak menjadi bahasa-bahasa puitik untuk membangkitkan atau bahkan merefresh pengalaman-pengalaman hidup baik bagi diri penyair, pun bagi pembaca. Ketika sedang berpuasa, kita diwajibkan menahan diri. Menahan mulut untuk tidak mengumbar kata-kata yang tidak perfaedah, perbanyak zikir,doa dan tadarus, mempercakapkan hal-hal yang serba ranum dan indah dalam pencapaian hakiki. Menahan telinga dari mendengar kabar-kabar yang tidak baik, mendekatkan pendengaran pada gelombang suara yang memilik frekuensi serba keesaan. Menahan hidung dari membaui hal yang membangkitkan selera, mengakrabi keharuman akhirat ketimbang duniawi. Menahan lapar dan haus, agar sisi di dalam diri terbangun dengan segala kepekaan terhadap alam dan sekitarnya. Menahan hati dari serbuan godaan nafsu, memagarinya dengan segenap kerelaan dan keihklasan dalam menjalani ibadah yang kesemuanya mengarah vertikal. Disinilah puncaknya, kenikmatan yang maha nikmat. Proses kelahiran puisi, sejatinya juga demikian, menurut fikir hamba yang fakir ini. Semua bermula dari penahanan seluruh indra yang dimiliki terhadap selerak fenomena yang wajib untuk disingkap dan disimpan. Dalam proses penahan itulah kemudian, semuanya dikemas, diolah agar kemudian bait-bait yang lahir dari getaran di dalam, sehingga yang tampak tersusun kemudian tidak hanya keindahan bunyi belaka, tidak permainan kata semata, akan tetapi juga adalah sumber getaran itu sendiri. Di sini jualah kenikmatan yang sesungguhnya dapat dirasa dari kelahiran puisi. Bukan pada decak kagum, tepuk tangan, komentar pujian, bahkan cacian dan hinaan yang kesemua itu pun perlu proses penahanan diri menerimanya agar kejujuran dalam membahasakannya tidak tergadai. Agar puisi yang lahir tidak semata-mata hanya karena telah berhasil memilih kata-kata puitik belaka. Serupalah berpuasa, bila tidak mampu menahan diri, hanya akan mendapat sebatas haus dan lapar saja. Dengan demikian, dapat pula dikatakan berpuasa dan berpuisi adalah titik di mana pengalaman religius seseorang sedang ditempa. Menghidupkan fantasi tentang sesuatu yang jauh, yang kekal, yang serba maha. Semuanya menggenang dalam pengalaman batin seseorang yang sanggup menjalaninya. Kedua proses itu pun kemudian dijalani sekaligus mempertegas subjek yang tampil sebagai si penghayat kehidupan itu sendiri. Bukankah proses yang coba dipaparkan di atas, kiranya akan membawa seseorang pada transformasi batin dan penyempurnaan rohani. Hal ini, bila tak salah dikatakan sangatlah dekat dengan ajaran-ajaran tasawuf sufi, mengedepankan nilai-nilai kearifan dan kebaikan di dalam aspek kehidupan, baik yang bersifat ibadah maupun muamalah. Tak heran kemudian ada banyak penyair sufi besar dalam sejarah Islam memuat prihal puasa di dalam abit-bait puisinya. Sebut saja salah satunya, Maulana Jalaluddin Rumi. Mengutip penggal puisi dalam kitab “Matsnawi,” Rumi pernah menulis tentang esensi puasa. Ketika mulut ini tertutup, maka akan terbukalah mulut lainnya // Untuk bersiap menerima jamuan-jamuan rahasia Jilid III, bait 3747. Secara sederhana dapat dijelaskan dari bait di atas, bahwa tatkala kita berpuasa, menjadi kewajiban untuk menahan atau menutup mulut lahiriah kita, artinya tidak makan dan minum sampai batas waktu yang telah ditentukan. Terang di bait tersebut, Rumi menyatakan, tatkala mulut lahiriah kita tertutup, maka mulut batiniah kita akan terbuka. Tafsir sederhanya, terkait dengan jamuan-jamuan rahasia dalam puisi di atas adalah bisa saja jamuan yang bersifat rohani, yang jauh lebih nikmat dari sekadar hidangan juadah makanan dan minuman. Dengan demikian, esensi puasa bagi penyair adalah untuk mencapai tersingkapnya penghalang yang menutupi penglihatan batin manusia. Dengan berpuasa, mata batin dan kepekaan manusia kiranya akan lebih terasah dan tajam sehingga hikmah-hikmah tentang hidup dan kehidupan dengan lebih mudah kita dapatkan. Selain Maulana Jalaluddin Rumi, penyair Syekh Hamzah Fansuri juga banyak menulis tentang anjuran untuk berpuasa dalam puisi-puisinya. Mengutip penggal puisi dalam kitab “Asrar al-’Arifin”, Syekh Hamzah Fansuri menuliskan jangan bermaqam di ubun-ubun atau di pucuk hidung // atau di antara kening atau di dalam jantung // sekalian itu hijab kepada Dzat-Nya. Atau dalam bait yang lain Hamzah Fansuri juga menegaskan “hapuskan akal dan rasamu //lenyapkan badan dan nyawamu // pejamkan hendak kedua matamu // sana kau lihat permai rupam.” Penggal bait pertama dari puisi di atas dapat dimaknai bahwa upaya mendekatkan diri kepada Tuhan dapat dicapai dengan cara melawan hawa nafsu. Nafsu yang bermaqam di ubun-ubun atau mengisyaratkan berupa pikiran liar atau buruk ataupun nafsu di pucuk hidung atau segala yang berkaitan dengan aroma dari tangkapan penciuman termasuk di dalamnya makanan dan minuman. Pada penggal bait yang kedua yang dikutip, hapuskan akal dan rasamu, merujuk pada pikiran buruk dan nafsu yang berkaitan dengan rasa alami manusia. tersebab, hal-hal itu adalah penghalang untuk lebih dekat kepada Allah. Sedangkan untuk mengetahui ”rahasia-rahasia” Allah, tutuplah mata yang kasat ini, maka akan terang dilihat siapa diri sesungguhnya di dahapan Sang Pencipta yaitu manusia yang lebih baik, manusia yang jauh lebih elok, di sisi Allah maupun di mata sesama manusia. Tamsilan puisi di atas menurut hemat hamba, mampu mengajak kita untuk mengolah rasa cinta bagi penulis dan juga pembaca. Dengan demikian, tatkala para penyair sufi menulis puisi tentang puasa, puisi-puisi tersebut bertujuan diantaranya agar membangkitkan ilham pembaca melalui penafsiran rohaniahnya. Diharapkan pula pembaca tergugah untuk menyelami esensi dari ibadah puasa. Tulisan ini disudahi dengan keterbatasan pemahaman lainnya yang barangkali bisa saja lebih mendalam. Tetapi sepertimana yang telah disampaikan di awal kata, upaya untuk menelisik persamaan dalam hal proses di antara keduanya adalah upaya diri penulis untuk lebih bisa menjalani ibadah puasa di tahun ini lebih baik sekaligus memperkuat kehendak berpuisi dalam diri agar mampu melahirkan kreatifitas yang lebih bermanfaat. Apalagi misalnya, dalam “pembacaan” hamba, memang sudah dua tahun belakangan, ibadah puasa di bulan Ramadan menjadi agak lebih berat diakibatkan masa pandemi dan juga wacana-wacana keIslaman yang disuguhkan ke publik, cukup membuat kita selaku masyarakat awam merasa tidak nyaman. Demikian juga halnya dengan berpuisi, khususnya bagi diri, adakalanya menulis dirasa lepas dari esensi. Untuk itulah tulisan ini dirangkai. Wallahualambissawab. Demikian fikir dirangkai Banyak hal pula belum terungkai Hanyalah diri hendak memulai Kurangnya jangan, diintai-intai Jefri al Malay Sastrawan Riau. Berkhidmat sebagai tenaga pengajar di Fakultas Ilmu Budaya Prodi Sastra Melayu Universitas Lancang Kuning.
Rahasiapuasa - jalaluddin rumi sebuah nasehat dari maulana jalaluddin rumi tentang puasa dan betapa berharganya puasa. KOLEKSI SYAIR-SYAIR SUFI TENTANG CINTA -JALALUDDIN AR-RUMI. Dalam sebuah puisi sufinya bertajuk Syahadat Kita penyair klasik Persia terkemuka Maulana Jalaluddin Rumi mengajak para pembaca mengernyitkan dahi sejenak. puisi menjelang Ramadan . Gambar unsplash/Mangkuk indah penuh buah kurma melambangkan RamadhanBulan Ramadan sudah dekat, pasti kamu sangat bersemangat menyambutnya. Bulan istimewa yang hanya datang satu tahun sekali. Berikut ini kumpulan puisi menjelang Ramadan dengan arti mendalam sebagai refleksi untuk menyambut bulan Menjelang RamadanInilah 3 puisi menjelang ramadhan yang dikutip dari bukuHal-Hal Langit Kumpulan Puisi, Ramadhan. A, 2020 5 – 13.Bulan malam ini tertutup mendung, aku sudah lama menunggumuTahun lalu banyak hal kusesali, aku mengabaikanmu dengan mudahnyaPadahal kesempatan tidak datang dua kali, senangnya dapat menemui yang keduaMendung berubah menjadi gerimis, kudengar degupan jantungku semakin kencangBegini rasanya bertarung dengan waktu, ketika mataku samar-samar melihat bulan ituSelamat datang bulan Ramadan, aku tidak akan menyia-nyiakan setiap detik bersamamuPuisi dengan judul Bulan yang Kunantikan, memiliki dua arti tentang penyesalan dan kegembiraan. Penyesalan karena di tahun sebelumnya tidak maksimal dalam menjalani ibadah puasa. Namun, kabar gembira yang dinanti masih diberi kesempatan untuk melaksanakan ibadah puasa di tahun yang tertera di bait ketiga, jika kesempatan tidak datang dua kali. Ditutup pada bait terakhir, saat menjalankan ibadah puasa nanti untuk memanfaatkan waktu sebaik-baiknya, karena di tahun ini juga banyak dari saudara sekitar yang sudah tidak diberi kesempatan untuk bertemu dengan bulan pandemi datang semua terasa berbedaBegitupun bulan Ramadan datang dengan suasana baruKetika suara azan isya terdengar langkah kakiku bergerak menuju masjidBegitupun pandemi menghetikan langkahku yang hanya beribadah di rumahKetika suasana sore menjelang malam banyak orang menghampiri pedagangBegitu terdengar kabar adanya pandemi pedagang pun tidak muncul di pasarWalaupun ada perbedaan sebelum dan sesudah pandemiSemangatku tetap sama untuk menyambut bulan RamadanKarena menjalani puasa di bulan Ramadan bukan tentang perbedaan suasanaNamun apakah aku bisa lebih baik ibadahnya dibanding Ramadan sebelumnyaPuisi yang menceritakan keadaan bulan Ramadan, bagaimana sebelum dan saat pandemi covid-19. Tapi inti dari ibadah puasa di bulan Ramadan sendiri, bukan perkara suasananya yang berubah jadi sepi. Melainkan niat dan semangat dalam menjalankan ibadahnya, sehingga judul puisinya Niat dalam ingat dengan jelas bagaimana riuh suara tetangga membangunkan saurAku juga ingat anak-anak berlarian menuju masjid untuk makan takjil bersamaAku ingat orang-orang yang fokus menyimak ceramah sewaktu tarawihAku ingat sebelum tidur selalu melantunkan bacaan Al-QuranIngatan tentang bulan Ramadan membuatku tidak sabar bertemu dengannyaPuisi ini mengingatkan setiap orang bagaimana budaya Ramadan di Indonesia berlangsung. Kebersamaan lebih kuat dibandingkan bulan-bulan biasanya, semangat beribadah lebih kencang dari bulan-bulan sebelumnya. Begitulah istimewanya Ramadan, bulan yang mampu membawa ketenangan dan kegembiraan untuk orang-orang yang sedang 3 kumpulan puisi menjelang Ramadan di atas dapat menambah ketenangan dan semangat ketika menjalani puasa nanti ya! MaulanaJalaluddin Rumi mengingatkan dalam sebuah syair puasa dalam Ghazaliat- nya, Telah datang bulan puasa. Petanda Raja telah tiba. Tahan sejenak makanan-makanan itu. Sebab makanan-makanan jiwa telah tiba. Hantarkan jiwa pada keyakinan. Tahan sejenak tabiat materi. Hati tersesat telah patah.
Jalaluddin Rumi Muhammad bin Husin al-Khattabi al-Balkhi, dilahirkan di Balkh tanggal 6 Rabi’ulawal 604 H/30 September 1207 M. Ayahnya bernama Bahauddin Walad seorang hakim yang memiliki garis keturunan sampai Sayidina Abu Bakar ash-Shiddiq—sahabat senior Nabi Muhammad sufi termasuk Rumi menyadari betul bahwa pengalaman spiritual itu tidak bisa ditransfer secara menyeluruh dengan bahasa sehari-hari, maka mereka lebih memilih menggunakan bahasa sandi atau bahasa simbol, sebagaimana yang diungkapkan oleh Imam Junaid al-Baghdadi, “Ucapan kami para sufi adalah simbol dan isyarat”.Ibn Arabi di dalam Al-Futūẖāt memberikan penjelasan terkait kenapa para guru sufi memilih bahasa simbolis/isyarat saat membagi pengalaman spiritual mereka? Apa problem bahasa religius yang mereka hadapi? Serta apa dasar mereka memilih bahasa simbol/isyarat?Menurut Ibn Arabi, “Yang dilakukan oleh sahabat-sahabat kami—para guru sufi—yang lebih memilih untuk menggunakan bahasa isyarat itu atas dasar Al-Qur’an sebagaimana yang telah dicontohkan oleh Sayyidah Maryam saat berhadapan dengan para pendusta, Maryam menunjuk kepada bayinya bagaikan berkata, “Tanyalah anak ini Nabi Isa as., dia akan menjawab, dia akan menjelaskan kepada kamu duduk soalnya!”. Mereka kaumnya berkata “Bagaimana kami akan berbicara dengan anak kecil yang masih dalam ayunan?” Dia Nabi Isa putra Maryam., seketika itu masih bayi berkata “Sesungguhnya aku adalah hamba Allah, Dia telah pasti akan memberiku al-Kitab Injil dan Dia telah pasti akan menjadikan aku seorang Nabi” QS. Maryam [19]29-30. Karena itu, ungkapan/perkataan sahabat-sahabat kami berupa bahasa simbol/isyarat-isyarat, walaupun sejatinya ungkapan mereka itu hakikatnya adalah tafsir dari Kitab Suci yang penuh dengan kemanfaatan. Walau pun demikian, mereka enggan menyebutnya sebagai penjelas tafsir. Dikarenakan, agar mereka terlindungi dari ancaman ulama fikih dan agar tidak mendapatkan tuduhan kafir dari atas dasar itu, Rumi menjadikan puisi sebagai sarana untuk menyampaikan ide mistiknya. Karyanya yang paling terkenal ialah Al-Mastnawi al-Maknawi, terdiri enam jilid yang memuat bait syair mistik dan 424 dengan puasa, di dalam salah satu syair mistiknya, Rumi berkataTahanlah bibirmu dari makan dan minum, bergegaslah menyambut hidangan syair yang lain Rumi berkataKetika kau kosongkan perutmu dari makanan, maka ia akan dipenuhi oleh perhiasan potongan syair di atas menunjukan, Rumi dengan tegas menjadikan puasa sebagai wasilah untuk melahap makanan rohani yang suci. Nyatanya demikian. Ketika perut kita terpenuhi oleh makanan-makanan jasadi efeknya menjadi lemas dan membuat daya analisis kita rendah atau tumpul serta syahwat bengis akan muncul dalam jiwa kita. Hal yang sama juga ketika pikiran kita fokus dengan hal-hal yang bersifat fisik/jasadi, maka kita secara tidak sadar telah menghijab diri kita untuk memikirkan dan mengakses pengetahuan spiritual yang amat dasyat itu. Berkenaan dengan ini, Yahya bin Mu’azd bernah berkata, “Lapar itu seperti cahaya, kenyang bagaikan api, dan syahwat itu diibaratkan kayu yang dapat dibakar yang apinya tidak akan mati sebelum membakar pemiliknya”.Imam al-Qusyairi guru sufi sebelum Rumi dalam Ar-Risālah, Bab Al-Jau’ wa Tark al-Syahwat mencatat Rasulullah teladan utama para sufi termasuk Rumi menjadikan puasa mengosongkan makanan merupakan aktivitas yang sering Anas bin Malik, dikisahkan, “Fatimah pernah membawakan potongan roti kepada Nabi. Singkat cerita, Nabi berkata kepada Fatimah, Potongan Roti ini adalah makanan pertama yang masuk ke perut ayahmu selama tiga hari'”.Estafet ritus puasa untuk dapat mengakses hidangan langit dan pengetahuan sejati dilanjutkan oleh para guru sufi lainnya. Imam al-Qusyairi melaporkan, Sahal al-Tustari bernah berkata, “Ketika Allah menciptakan dunia, Dia menjadikan kenyang untuk kemaksiatan dan kebodohan, dan menjadikan lapar untuk ilmu pengetahuan dan kebijaksanaan”. Di dalam ucapan yang lainnya, Sahal al-Tustari berkata, “Jika aku lapar akan menjadi kuat dan jika ia makan ia menjadi lemah”.Imam Al-Qusyairi mencatat salah satu mutiara hikmah Syekh Muzhaffar ialah, “Lapar jika dibarengi dengan qana’ah, akan menjadi ladang pemikiran, sumber hikmah dan kehidupan cerdas, dan pelita hati“.Memaknai puasa seperti ini akan berdampak pada transformasi diri, sehingga setiap menjalani perjalanan kehidupan kita bisa menangkap pesan-pesan Tuhan yang terkandung di balik peristiwa yang kita alami. Dengan bercermin pada pandangan Rumi dan para guru sufi yang lainnya terkait puasa, akan membawa kita untuk lebih sigap lagi dalam mempersiapkan diri isti’dād dalam menangkap ilmu Tuhan yang begitu luas. Inilah renungan Maulana Jalaluddin Rumi terkait puasa yang memiliki kesamaan dengan para guru sufi sebelumnya. Sumber BacaanAbul Qāsim Abdul Karīm bin Hawāzin al-Qusyairī, Ar-Risālah al-Qusyairiyyah, diedit oleh Aẖmad Hāsyim al-Salamī, Beirut Dār al-Kutub Al-Ilmiyyah, al-Dīn Ibn Arabī, Al-Futūẖāt al-Makkiyyah, diedit oleh Aẖmad Syamsuddīn. Beirut Dār al-Kutub al-Ilmiyah, Ahmad, Ngaji Rumi Kitab Cinta dan Ayat-Ayat Sufistik, Bandung 2021.
PuisiMaulana Jalaluddin Rumi tentang iedul fitri, tentang puasa dan kembali kepada Tuhan.Saksikan pula :Insipirasi kehidupan Rumi :
SUFISME atau tasawuf merupakan ajaran Islam yang di dalamnya mengandung teori dan praktik-praktik spiritual untuk membersihkan jiwa tazkiyah an-nafs, terutama dari nafsu yang berpotensi mendekatkan manusia pada keburukan. Tasawuf merupakan jalan rohani yang ditempuh melalui medium dan ritual tertentu sebagai upaya mendekatkan diri kepada Allah tasawuf banyak disampaikan dan ditulis dengan media/bahasa puisi. Misalnya, yang dilakukan oleh penyair-sufi Persia Maulana Jalaluddin Rumi dan penyair-sufi Aceh Syekh Hamzah Fansuri. Puisi sering dijadikan sebagai media ungkap kaum sufi. Sebab, segala bentuk keindahan diyakini dapat dijadikan sarana untuk menggapai pengalaman religius. Selain dengan puisi, musik dan tarian juga sering dijadikan media ekspresi dari perjalanan spiritual kaum tasawuf kaum sufi erat kaitannya dengan nilai-nilai kearifan dan kebaikan yang akan membawa manusia pada transformasi batin dan penyempurnaan rohani. Kandungan ajaran kaum sufi mencakup berbagai aspek dalam kehidupan, baik yang bersifat ibadah maupun muamalah. Mulai dari zikir, meninggalkan maksiat, menjaga akhlak, termasuk yang berkaitan dengan tema Jalaluddin Rumi, salah satu penyair-sufi terbesar dalam sejarah Islam, banyak menyebut puasa dalam puisi-puisinya. Dalam kitab Matsnawi, Rumi menulis tentang esensi puasa Ketika mulut ini tertutup, maka akan terbukalah mulut lainnya/Untuk bersiap menerima jamuan-jamuan rahasia Jilid III, bait 3747; Dan Kekuatan Jibril itu bukanlah dari dapur Jilid III bait 6.Ketika berpuasa, kita diwajibkan menutup mulut lahiriah kita tidak makan dan minum. Menurut Rumi, ketika mulut lahiriah kita tertutup, maka mulut batiniah kita akan terbuka. Dengan demikian, yang dimaksud Rumi sebagai jamuan-jamuan rahasia dalam puisi di atas adalah jamuan yang bersifat rohani, yang jauh lebih nikmat dari sekadar hidangan makan dan minum. Maka bagi Rumi, esensi puasa adalah untuk mencapai kashf, yaitu tersingkapnya hijab atau penghalang yang menutupi penglihatan batin manusia. Dengan berpuasa, mata batin dan kepekaan kita akan lebih terasah sehingga hikmah-hikmah tentang kehidupan akan lebih mudah kita peroleh. Dalam bait yang lain, Rumi menulis bahwa Kekuatan Jibril itu bukanlah dari dapur. Makna dari bait tersebut adalah bahwa untuk mendekati kehidupan malaikat, manusia harus menghindari dapur baca banyak makan, dengan kata lain harus berpuasa. Dalam khazanah tasawuf dikenal istilah alam malakut, yaitu alam yang dihuni oleh para malaikat dan an-nafs al-muthmainnah jiwa yang tenang—alam yang tingkat kedekatannya dengan Allah jauh lebih tinggi dari alam yang dihuni manusia. Bagi Rumi, dengan berpuasa, kita dapat mendekati alam malakut tersebut sehingga kita akan dapat mendekatkan diri kepada Maulana Jalaluddin Rumi, penyair-sufi asal Fansur Aceh yaitu Syekh Hamzah Fansuri juga banyak menulis tentang anjuran untuk berpuasa dan menjauhi hawa dalam puisi-puisinya. Dalam kitab Asrar al-’Arifin, Syekh Hamzah Fansuri menulis jangan bermaqam di ubun-ubun atau di pucuk hidung/ atau di antara kening atau di dalam jantung/ sekalian itu hijab kepada Dzat-Nya. Dan dalam bait yang lain beliau menegaskan hapuskan akal dan rasamu/ lenyapkan badan dan nyawamu/ pejamkan hendak kedua matamu/ sana kau lihat permai puisi-puisi Syekh Hamzah Fansuri, upaya mendekatkan diri kepada Tuhan dapat dicapai dengan cara melawan hawa nafsu, baik itu nafsu yang bermaqam di ubun-ubun pikiran liar/buruk maupun di pucuk hidung segala yang berkaitan dengan aroma, termasuk di dalamnya makanan dan minuman. Hal itu dipertegas dalam bait yang lain, yaitu hapuskan akal dan rasamu, yang merujuk pada pikiran buruk dan nafsu yang berkaitan dengan rasa seperti makan, minum, maupun seks. Sebab, hal-hal tersebut adalah penghalang untuk lebih dekat kepada Allah taqarrub ila Allah maupun upaya untuk mengetahui ”rahasia-rahasia” Allah makrifatullah. Dengan menjauhi hal-hal tersebut, maka akan ”kau lihat permai rupamu”, yaitu kita akan menjadi manusia yang lebih baik, manusia yang jauh lebih elok, baik di mata Allah maupun di mata sesama puisi, bagi Rumi, berfungsi untuk mengolah rasa cinta orang yang mendengar atau membacanya. Maka ketika para penyair sufi menulis puisi tentang puasa, puisi-puisi dari para penyair sufi tersebut diharapkan dapat membangkitkan ilham pembaca melalui penafsiran rohaniahnya. Dengan begitu, para pembaca tergugah untuk menyelami esensi semoga dengan berpuasa, kita dapat mendekatkan diri kepada Allah dan kita dapat memetik berbagai hikmah dalam kehidupan. *Alumnus Ponpes Darud Dakwah, Ambunten Tengah, Sumenep, dan Ponpes Darul ’Ulum Peterongan, Jombang. Dosen filsafat Fakultas Ushuluddin dan Humaniora UIN Walisongo, Semarang.

Puisitentang Puasa . 18 April 2021 12:17 Diperbarui: 18 April 2021 12:48 238 5 0 + Laporkan Konten. Laporkan Akun. Lihat foto www.tribunnews.com. PUISI TENTANG PUASA. air hujan deras mengucur keras dari langit hitamlegam sesekali petir berkilat dengan suara menggelegar kata bmkg hujan disertai badai dan petir akan datang

Skip to content Belajar Makna Puasa dari Puisi-Puisi Rumi Siapa yang tak mengenal Jalaluddin Rumi, sufi dan pujangga besar yang tidak hanya digandrungi umat muslim tetapi juga masyarakat dunia. Annemarie Schimmel mencatat, tidak ada mistikus Muslim dan penyair dari dunia Islam yang dikenal di Barat sebaik Rumi. Karyanya telah banyak diterjemahkan ke dalam berbagai bahasa dari Timur hingga ke Barat, seperti Indonesia, Mesir, Turki, India sampai Inggris, Jerman, Italia, dan Swedia . Puisi-Puisi Rumi membawa pesan cinta universal dan penuh makna. Karya-karyanya itu diungkapkannya dalam beragam ekspresi, serta mengandung nasihat yang dapat mendamaikan hati bagi para pembacanya. Dalam suasana Ramadhan ini kita dapat memetik mutiara puasa dari Rumi, sebagai bekal untuk lebih semangat menjalani ibadah khusus yang hanya diperuntukkan untuk Ilahi Robbi. Puasa; Melahirkan Cahaya Hikmah Ada yang terasa manis tersembunyi di balik laparnya lambung. Insan itu tak ubahnya sebatang seruling. Ketika penuh isi lambung seruling, tak ada desah rendah atau tinggi yang dihembuskannya. Diwan Syams, Gazal 1739 Dua potong bait puisi di atas, Rumi ingin memberi tahu kita bahwa puasa akan menghadirkan nikmat yang menyenangkan, tetapi itu khusus bagi mereka yang sungguh-sungguh dalam puasanya serta mengharap keridhaanNya. Rumi memakai simbol seruling untuk menggambarkan bahwa sesuatu itu bisa berbunyi mendendangkan suara indah ketika di bagian tengahnya kosong. Namun jika seruling telah terisi, ia tidak dapat bersuara, dengan nada tinggi ataupun rendah. Itu sebagaimana jika perut kita kenyang, malah menyebabkan rasa berat untuk beribadah kepada Allah. Oleh karena itu, seseorang yang berpuasa atau perutnya dalam keadaan kosong meskipun jasmaninya terpenjara, namun secara ruhani sebenarnya ia telah bahagia karena sayap-sayap jiwanya menembus cakrawala. Puasa; Menyingkap Tabir menuju Ilahi Jika lambung dan kepalamu terasa terbakar karena berpuasa, apinya akan menghembuskan rintihan dari dadamu. Melalui api itu akan terbakar seribu hijab dalam sekejap, kau akan melesat naik seribu derajat dalam jalan dan cita-citamu. Bagi Rumi rasa dzauq puasa ini bagaikan api yang dapat membersihkan jiwa seseorang. Ketika seseorang berpuasa, ia melakukan upaya-upaya untuk melepaskan diri dari dominasi syahwat dan hawa nafsu, serta keinginan diri yang tidak sesuai dengan kehendak Allah yang sejatinya adalah upaya meniadakan diri, seperti menahan lapar dan haus, mengendalikan diri dari tingkah laku yang tidak terpuji. Hal itu sebagaimana kata Imam al-Ghazali bahwa makan dan minum adalah bahan bakar untuk menggerakkan mobil hawa nafsu seseorang, dan perut kenyang itu dapat menggerakkan dua syahwat yang berbahaya yaitu syahwat farji dan dan syahwat lisan. Sebaliknya ketika puasa orang dapat mematikan keinginan-keinginan nafsu ammarah diri yang memerintahkan keburukan. Mengutip Syeikh Abdul Qadir Jailani, sikap berlebihan dalam urusan makan dapat mematikan hati, memadamkan api rindu kepada Allah, dan meredupkan cinta yang hakiki kepadaNya. Tafsir al-Jailani, Juz I, hlm. 158 Dengan demikian menurut Rumi rasa lapar menjadi kendaraan yang mengantarkan tersingkapnya segala hijab yang telah menghalangi masuknya cahaya Ilahi. Hilangnya hijab itu menandakan tak ada yang menghalanginya lagi. Karena ia sudah terlepas dari kendali hawa nafsu dan syahwat, akan mudah bagi seorang abid melakukan perjalanan menuju Allah. Inilah yang dimaksudkan Rumi, puasa adalah jalan untuk menjadi orang yang bertaqwa QS. al-Baqarah [2] 183, dengan kata lain hamba yang taqwa adalah hamba yang telah kosong’ dari selain Allah. Menjadi Hamba yang Bertaqwa Al-Quran menyebutkan bahwa misi akhir puasa adalah supaya seorang hamba bertaqwa. Rumi telah menggambarkan bagaimana hakikat puasa yang merupakan salah satu bentuk pengosongan diri dapat mentransformasi jiwa seseorang yang hasilnya akan akan mewujud dalam dimensi spiritual transendental juga dimensi sosial. Pengertian al-Muttaqin hamba yang takwa di tataran batin adalah ia yang mencerminkan sifat-sifat Ilahi dalam laku hidupnya, hamba yang sepenuhnya sesuai dengan kehendak Allah, dan telah sepenuhnya Allah jaga agar senantiasa ada di atas petunjukNya. Maka takwa merupakan puncak ketinggian rohani mereka. QS. al-Anfal [8] 29 Pada ayat yang lain Allah berfirman, ”Barangsipa yang bertakwa kepada Allah, niscaya Dia akan memberikan jalan keluar baginya, dan memberinya rezeki dari arah yang tidak disangka-sangka. QS. At-Thalaq [65] 2-3. Jika demikian Allah menjamin kehidupan dan masa depan orang bertakwa, lantas alasan apa lagi yang membuat kita tidak bergegas untuk menempuh jalan taqwa, yang tidak lain adalah sungguh-sungguh dalam berpuasa— berupaya mengosongkan diri, menafikan kehendak-kehendak nafsu dan syahwat. Wallahu a’lam. [AN] Sumber admin2023-04-05T182611+0700 Share This Post Related Posts Page load link Go to Top Adiluhungagung, termenung nista nestapa. Ramadhan mendengung, paripurna ampunannya. Kentara kausa menyulih suara, tanpa lengkara nyata. Transfigurasi menjelma tata cara, asal mula makrifatullah. Pasuruan, 30 Mei 2019. Itulah tadi 3 puisi tentang puasa Ramadhan yang dapat menguatkan iman. Puisi Ramadhan singkat yang sarat makna dan menyentuh hati ini dapat memberikan kesejukan kalbu dalam menjalani puasa Ramadhan. Yuk, simak selengkapnya. Ramadhan adalah bulan yang paling dinanti-nati oleh seluruh umat islam di dunia, karena hpada bulan ini banyak sekali kemulian-kemulian yang diberikan Allah SWT sehingga bulan ini sangat baik untuk dijadikan sebagai kompetisi’ untuk berlomba-lomba dalam mencapai rahmatnya. Pada bulan ini, selama satu bulan penuh umat islam akan melaksanakan puasa dari matahari terbit hingga matahari terbenam dengan mengamalkan sholat tarawih pada malam hari. Ternyata, banyak lho kegiatan yang bisa kamu lakukan, seperti membaca puisi Ramadhan singkat yang sarat makna dan menyentuh hati untuk menemani kamu menunggu berbuka puasa. Untuk selengkapnya, yuk simak kumpulan puisi Ramadhan singkat berikut. Puisi tentang Ramadhan Terbaik Berikut kumpulan puisi Ramadhan yang menyentuh hati yang bisa kamu baca agar tidak menyia-nyiakan bulan ini. 1. Ramadhan Di Kampung Bila Ramadhan tiba Meneteskan air mata Semua orang bergembira Menyambut ibadah puasa Orang sekampung berbahagia Masjid-masjid bersih semua Demi menyambut tamu mulia Bulan Ramadhan yang penuh berkah Ramai masjid dan mushola Berkumpul ramai anak muda Datang lebih awal orang orang tua Untuk menikmati ibadah bulan puasa Dari rumah terdengar lantunan Orang-orang yang membaca Alquran Seluruh kampung mendapat keberkahan Dengan datangnya Bulan Ramadhan 2. Marhaban ya Ramadhan Terimakasih TuhanKau mempertemukan hambamu dengan bulan yang ku dambakanKau berikan kami tuk harapkan sebuah ampunanSebuah ampunan di bulan suci ramadhan Rasa bahagia yang tak bisa terucap oleh kata-kata Hanya kata-syukur yang terucap penuh rasa pengagunganRasa pengagungan penuh kebahagiaanKarena di beri kesempatan bertemu bulan yang kau agungkan Ku bersihkan jiwa dan raga untuk menyambutnyaKu tanamkan rasa penyesalan di hari-hari sebelumnyaKu sucikan batin tanpa rasa iri tuk memulyakan bulan yang engkau mulyakanKu bersujud padamu tuhan semesta alam Lantunan ayat-ayat Alquran aku dendangkanTuk muliakan bulan yang engkau mulyakanDemi namamu tuhan ku harapkan belas kasihanDan harapkan kekuatan tuk mengisi bulan yang engkau muliakan dengan kebaikanMarhaban ya Ramadhan Baca juga Lagu Religi Islam Terbaik & Terbaru di Tahun 2021 3. Puasa Dipertanyakan Karya Y. S. Sunaryo Niaga dan kongsi banyak yang berhentiJam kerja dipangkas dikurangiTidur sepanjang hari diberi artiKatanya, demi Ramadan bulan suci Raga dimanja-manjaLemas diduga khusuk puasaBerkeringat banyak diwanti-wantiTakut puasa tak kuat sehari Katanya, puasa untuk TuhanHingga tarawih mesti semalamanTadarus palingkan kehidupanMulut-mulut semata wiridan Lalu di mana puasa hendak berperang?Jika serba sendirian menjadi pilihanJalan pagi sunyi bak di pengungsianMenangkah berperang jika sambil tiduran? Ramadan mestilah bukan sebulan kemalasanBukan pula bulan hentikan kepedulianJustru bangkit menangkan keimananCumbui Tuhan dan berjibaku untuk martabat kemanusiaan 3. Dalam Nikmat Tadarus Karya Y. S. Sunaryo Gerimis masih merinai di akhir MeiSebuah anugerah sejukan Ramadan suciBersama tadarus enggan berhentiHingga sahur nikmat tersaji Betapa tinggi keagungan puasa RamadanBangkitkan semangat puncaki kesadaranBahwa Tuhan segala sandaranPada Alqur’an sumber ajaran Ajaran tentang iman dan pembebasan Hingga manusia terikat kepada kebenaranBerbuat kebajikan untuk kemanusiaanTak menyekutukan, tak hunuskan pertengkaran Alquran beningkan jiwa untuk kemuliaan Sucikan debu pada akal pikiranUsai memakna nikmat lantunan tadarusJalan kehidupan semoga sejuk dan lurus 4. Di Penghujung Ramadhan Kala kerinduan belumlah usaiKala penghayatan dalam doa belumlah sempurnaMenapaki lajunya perjalanan yang tiada hentiMenyusuri lorong yang penuh liku menghadang Kuingin Kau basuh dalam renungankuSaat Kau pancarkan cahaya dalam bulan nan muliaMengharapkan ampunan dalam sujudku yang panjangMasihkah kan kupalingkan wajah ini? Ingin kuhapus semua noda dan dosa Ingin kuhempas semua kobaran emosi dalam dadaMeluruhkan jiwa yang sarat dengan hasratTenggelam dalam tangisan penuh sesal Sanggupkah kan kutapaki hariku?Menyongsong esok yang t’lah siap menanti Semoga di penghujungmu ya RamadhanAmpunan Illahi kan terpancar lewat pribadi nan luhur Baca juga Kumpulan Cerita Anak Islami yang Pendek Namun Sarat Pesan Agama Itu dia Toppers kumpulan puisi Ramdhan singkat yang sarat makna dan menyentuh hati. Jika kamu adalah seorang orang tua, puisi bisa dijadikan sebagai bacaan yang cocok untuk anak selama bulan puasa. Semoga, puisi ini bisa memberikan semangat untuk terus berbuat baik dan tidak menyia-nyiakan bulan penuh berkah ini. Penulis Amir Faruqi Aziz & Zihan
\n \n \n \npuisi rumi tentang puasa
Wahairamadhan. Mungkinku rekahkan wajahku disetiap waktu. Dan kubisikkan pada fajar. Hingga terbit matahari serupa wajahku. Yang setia melantunkan ayat-ayat harapan. "Berkatilah hamba ini dibulan mulia-Mu". Demikianlah enam koleksi puisi islami tentang puasa di bulan ramadhan atau puisi ramadhan, baca juga puisi-puisi isami tentang bulan
- Bulan suci Ramdhan, merupakan bulan yang telah dinantikan oleh umat muslim. Untuk menyambut bulan suci Ramadhan dapat dilakukan dengan banyak cara, salah satunya dengan berpuisi. Puisi dengan tema Ramadhan ini, dapat pula menjadi caption media sosial seperti Whatsaap, Instagram, hingga Facebook. Baca Juga Naskah Kultum Ramadhan Hari Kelima dengan Tema Meraih Seribu Bulan Dilansir oleh dari berbagai sumber, berikut puisi dengan tema bulan Ramadhan. 1. Ramadhan Di Kampung Bila Ramadhan tibaMeneteskan air mataSemua orang bergembiraMenyambut ibadah puasa. Orang sekampung berbahagiaMasjid-masjid bersih semuaDemi menyambut tamu muliaBulan Ramadhan yang penuh berkah. Baca Juga Resep Kalio Ayam untuk Hidangan Buka Puasa Ramadhan yang Sederhana dan Lezat PuisiJalaluddin Rumi Tentang Puasa. 18.23 No comments. Puasa Membakar Hijab. Rasa manis yang tersembunyi. Ditemukan di dalam perut yang kosong ini! Ketika perut kecapi telah terisi, ia tidak dapat berdendang, Baik dengan nada rendah ataupun tinggi. Jika otak dan perutmu terbakar karena puasa,
MINEWS, JAKARTA – Siapa tak kenal Maulana Jalaluddin Rumi. Sufi besar yang bukan hanya diagungkan umat Islam, tapi juga seluruh dunia. Syair-syairnya yang penuh makna, memberi udara segar bagi jiwa-jiwa yang rapuh, menjadi mata air bagi hati yang kering. Menyambut Ramadan, banyak sekali nasihat-nasihat Rumi seputar puasa. Tentunya, dengan kata-kata yang indah dan makna yang dalam, hasil perenungan Sang Sufi. Berikut puisi paling sejuk dari Jalaluddin Rumi, untuk semua umat Islam yang berpuasa Ada rahasia tersimpan dalam perut ini cuma alat musik petik,tak lebih dan tak kotak suaranya penuh, musik pun Bakarlah habis segala yang mengisi kepala dan perutdengan menahan lapar, makasetiap saat irama baru akan munculdari api kelaparan yang nyala Ketika seluruh hijab habis terbakar,keperkasaan baru akan membuatmu melejitberlari mendaki setiap anak tanggadi depanmu yang Jadilah kosong,lalu merataplahseperti indahnya ratapan bambu serulingyang ditiup pembuatnya. Lebih kosong,jadilah bambu yang menjadi kalam,tulislah banyak Ketika makan dan minum memenuhi dirimu,iblis akan duduk di singgasanatempat jiwamu semestinya dudukbagai sebuah berhala buruk dari logamyang duduk di Ka’bah. Ketika kau berpuasa menahan lapar,sifat-sifat baik mengerumunimubagai para sahabat yang ingin membantu. Puasa adalah cincin melepasnya demi segelintir kepalsuan,hingga kau hilang kekuasaan. Namun andai pun kau telah melepasnya,hingga hilang seluruh kemampuan dan kekuatan,berpuasalah mereka akan datang lagi kepadamu,bagai pasukan yang muncul begitu saja dari tanah,dengan bendera dan panji-panji yang berkibaran megah. Sebuah meja akan diturunkan dari langitke dalam tenda puasamumeja makan Isa. Berharaplah memperolehnya,karena meja ini penuh oleh hidangan lain,yang jauh, jauh lebih baikdari sekedar sup kaldu sayuran.
  1. Ζንжωնοху փιգθ
    1. Дա иֆኾ θскиտ
    2. Фጮνотα е ςեኂиዋапևዦ
    3. Еμևշу ուчխрቾսофи ዢ
  2. Ցոжοዓոшик ե ςፄскуչω
Cintaadalah hakekat agama yang mempersatukan seluruh umat manusia di dalam cahaya Keilahian. Berikut Intisari 50 Puisi Rumi Tentang Cinta, Keilahian, dan Kehidupan yang dirangkum Tribun Medan dari 1. Aku bukanlah orang Nasrani, Aku bukanlah orang Yahudi, Aku bukanlah orang Majusi, dan Aku bukanlah orang Islam.
– Jalaluddin Rumi mungkin sudah sangat familiar bagi para pencinta sastra dan filsafat. Pria yang dikenal Rumi ini merupakan seorang penyair sufi yang lahir pada tahun 1207 Masehi. Merujuk pada silsilah keluarga sang ayah, silsilah Rumi bertemu dengan Abu Bakar as-Shiddiq. Sedangkan dari garis keturunan sang ibu bertemu sampai pada Ali bin Abi Thalib. Nah pada artikel ini terdapat kumpulan puisi, syair, quote, Jalaluddin Rumi Menyentuh Hati yang bisa Anda baca atau pelajari selama bulan puasa Ramadhan 2022 ini. Kumpulan puisi, syair, quote Jalaluddin Rumi ini mungkin tidaklah selengkap apa yang ada pada buku, namun Kami mencoba untuk merangkumnya dari berbagai sumber untuk tujuan pendidikan. Berikut puisi, syair, quote Jalaluddin Rumi Ramadhan 2022 PUASA MEMBAKAR HIJAB Rasa manis yang tersembunyi, Ditemukan di dalam perut yang kosong ini! Ketika perut kecapi telah terisi, ia tidak dapat berdendang, Baik dengan nada rendah ataupun tinggi. Jika otak dan perutmu terbakar karena puasa, Api mereka akan terus mengeluarkan ratapan dari dalam dadamu. Melalui api itu, setiap waktu kau akan membakar seratus hijab. Dan kau akan mendaki seribu derajat di atas jalan serta dalam hasratmu. DIA TIDAK DI TEMPAT LAIN Salib dan ummat Kristen, ujung ke ujung, sudah kuuji. Dia tidak di Salib. Aku pergi ke kuil Hindu, ke pagoda kuno. Tidak ada tanda apa pun di dalamnya. Menuju ke pegunungan Herat aku melangkah, dan ke Kandahar Aku memandang. Dia tidak di dataran tinggi maupun dataran rendah. Dengan tegas, aku pergi ke puncak gunung Kaf yang menakjubkan. Di sana cuma ada tempat tinggal legenda burung Anqa. Aku pergi ke Ka’bah di Mekkah. Dia tidak ada di sana. Aku menanyakannya kepada Avicenna lbnu Sina sang filosuf Dia ada di luar jangkauan Avicenna … Aku melihat ke dalam hatiku sendiri. Di situlah, tempatnya, aku melihat dirinya. Dia tidak di tempat lain. DISEBABKAN RIDHO-NYA Jika saja bukan karena keridhaan-Mu, Apa yang dapat dilakukan oleh manusia yang seperti debu ini dengan Cinta-Mu? LETAK KEBENARAN Kebenaran sepenuhnya bersemayam di dalam hakekat, Tapi orang dungu mencarinya di dalam kenampakan. KAU DAN AKU Nikmati waktu selagi kita duduk di punjung, Kau dan Aku; Dalam dua bentuk dan dua wajah — dengan satu jiwa, Kau dan Aku. Warna-warni taman dan nyanyian burung memberi obat keabadian Seketika kita menuju ke kebun buah-buahan, Kau dan Aku. Bintang-bintang Surga keluar memandang kita – Kita akan menunjukkan Bulan pada mereka, Kau dan Aku. Kau dan Aku, dengan tiada Kau’ atau Aku’, akan menjadi satu melalui rasa kita; Bahagia, aman dari omong-kosong, Kau dan Aku. Burung nuri yang ceria dari surga akan iri pada kita – Ketika kita akan tertawa sedemikian rupa; Kau dan Aku. Ini aneh, bahwa Kau dan Aku, di sudut sini … Keduanya dalam satu nafas di Iraq, dan di Khurasan – Kau dan Aku. RAHASIA YANG TAK TERUNGKAP Apapun yang kau dengar dan katakan tentang Cinta, Itu semua hanyalah kulit. Sebab, inti dari Cinta adalah sebuah rahasia yang tak terungkapkan. PERNYATAAN CINTA Bila tak kunyatakan keindahan-Mu dalam kata, Kusimpan kasih-Mu dalam dada. Bila kucium harum mawar tanpa cinta-Mu, Segera saja bagai duri bakarlah aku. Meskipun aku diam tenang bagai ikan, Tapi aku gelisah pula bagai ombak dalam lautan Kau yang telah menutup rapat bibirku, Tariklah misaiku ke dekat-Mu. Apakah maksud-Mu? Mana kutahu? Aku hanya tahu bahwa aku siap dalam iringan ini selalu. Kukunyah lagi mamahan kepedihan mengenangmu, Bagai unta memahah biak makanannya, Dan bagai unta yang geram mulutku berbusa. Meskipun aku tinggal tersembunyi dan tidak bicara, Di hadirat Kasih aku jelas dan nyata. Aku bagai benih di bawah tanah, Aku menanti tanda musim semi. Hingga tanpa nafasku sendiri aku dapat bernafas wangi, Dan tanpa kepalaku sendiri aku dapat membelai kepala lagi. HATI BERSIH MELIHAT TUHAN Setiap orang melihat Yang Tak Terlihat dalam persemayaman hatinya. Dan penglihatan itu bergantung pada seberapakah ia menggosok hati tersebut. Bagi siapa yang menggosoknya hingga kilap, maka bentuk-bentuk Yang Tak Terlihat semakin nyata baginya. KEMBALI PADA TUHAN Jika engkau belum mempunyai ilmu, hanyalah prasangka, maka milikilah prasangka yang baik tentang caranya! Jika engkau hanya mampu merangkak, maka merangkaklah kepadaNya!Jika engkau belum mampu berdoa dengan khusyuk, maka tetaplah persembahkan doamu yang kering, munafik dan tanpa keyakinan; kerana Tuhan, dengan rahmatNya akan tetap menerima mata wang palsumu!Jika engkau masih mempunyai seratus keraguan mengenai Tuhan, maka kurangilah menjadi sembilan puluh sembilan caranya!Wahai pejalan! Biarpun telah seratus kali engkau ingkar janji, ayuhlah datang, dan datanglah lagi!Kerana Tuhan telah berfirman “Ketika engkau melambung ke angkasa ataupun terpuruk ke dalam jurang, ingatlah kepadaKu, kerana Akulah jalan itu.” KESUCIAN HATI Di manapun, jalan untuk mencapai kesucian hati ialah melalui kerendahan hati. Maka dia akan sampai pada jawaban “Ya” dalam pertanyaan Bukankah Aku Tuhanmu? MENYATU DALAM CINTA Berpisah dari Layla, Majnun jatuh sakit. Badan semakin lemah, sementara suhu badan semakin tabib menyarankan bedah, “Sebagian darah dia harus dikeluarkan, sehinggu suhu badan menurun.”Majnun menolak, “Jangan, jangan melakukan bedah terhadap saya.”Para tabib pun bingung, “Kamu takut? padahal selama ini kamu masuk-keluar hutan seorang diri. Tidak takut menjadi mangsa macan, tuyul atau binatang buas lainnya. Lalu kenapa takut sama pisau bedah?”“Tidak, bukan pisau bedah itu yang kutakuti,” jawab Majnun.“Lalu, apa yang kau takuti?”“Jangan-jangan pisau bedah itu menyakiti Layla.”“Menyakiti Layla? Mana bisa? Yangn dibedah badanmu.”“Justru itu. Layla berada di dalam setiap bagian tubuhku. Mereka yang berjiwa cerah tak akan melihat perbedaan antara aku dan Layla.” MEMAHAMI MAKNA Seperti bentuk dalam sebuah cermin, kuikuti Wajah itu. Tuhan menampakkan dan menyembunyikan sifat-sifat-Nya. Tatkala Tuhan tertawa, maka akupun tertawa. Dan manakala Tuhan gelisah, maka gelisahlah aku. Maka katakana tentang Diri-Mu, ya Tuhan. Agar segala makna terpahami, sebab mutiara-mutiara makna yang telah aku rentangkan di atas kalung pembicaraan berasal dari Lautan-Mu. TUHAN HADIR DALAM TIAP GERAK Tuhan berada dimana-mana. Ia juga hadir dalam tiap gerak. Namun Tuhan tidak bisa ditunjuk dengan ini dan itu. Sebab wajah-Nya terpantul dalam keseluruhan ruang. Walaupun sebenarnya Tuhan itu mengatasi ruang. AKU ADALAH KEHIDUPAN KEKASIHKU Apa yang dapat aku lakukan, wahai umat Muslim? Aku tidak mengetahui diriku sendiri. Aku bukan Kristen, bukan Yahudi, bukan Majusi, bukan Islam. Bukan dari Timur, maupun Barat. Bukan dari darat, maupun laut. Bukan dari Sumber Alam, Bukan dari surga yang berputar, Bukan dari bumi, air, udara, maupun api; Bukan dari singgasana, penjara, eksistensi, maupun makhluk; Bukan dari India, Cina, Bulgaria, Saqseen; Bukan dari kerajaan Iraq, maupun Khurasan; Bukan dari dunia kini atau akan datang surga atau neraka; Bukan dari Adam, Hawa, taman Surgawi atau Firdaus; Tempatku tidak bertempat, jejakku tidak berjejak. Baik raga maupun jiwaku semuanya adalah kehidupan Kekasihku … LIHATLAH YANG TERDALAM Jangan kau seperti iblis, Hanya melihat air dan lumpur ketika memandang Adam. Lihatlah di balik lumpur, Beratus-ratus ribu taman yang indah! KETERASINGAN DI DUNIA Mengapa hati begitu terasing dalam dua dunia? Itu disebabkan Tuhan Yang Tanpa Ruang, Kita lemparkan menjadi terbatasi ruang. RUMAH Jika sepuluh orang ingin memasuki sebuah rumah, dan hanya sembilan yang menemukan jalan masuk, yang kesepuluh mestinya tidak mengatakan, “Ini sudah takdir Tuhan.” Ia seharusnya mencari tahu apa kekurangannya. DEBU DI ATAS CERMIN Hidup/jiwa seperti cermin bening; tubuh adalah debu di atasnya. Kecantikan kita tidak terasa, karena kita berada di bawah debu. UPAYA Ikat dua burung bersama. Mereka tidak akan dapat terbang, kendati mereka tahu memiliki empat sayap. BURUNG HANTU Hanya burung bersuara merdu yang dikurung. Burung hantu tidak dimasukkan sangkar DUA ALANG-ALANG Dua alang-alang minum dari satu sungai. Satunya palsu, lainnya tebu. KERJA Kerja bukan seperti yang dipikirkan orang. Bukan sekadar sesuatu yang jika sedang berlangsung, kau dapat melihatnya dari luar. Seberapa lama kita, di Bumi-dunia, seperti anak-anak Memenuhi lintasan kita dengan debu dan batu dan serpihan-serpihan? Mari kita tinggalkan dunia dan terbang ke surga, Mari kita tinggalkan kekanak-kanakan dan menuju ke kelompok Manusia. BURUNG HANTU dan ELANG RAJA Seekor elang kerajaan hinggap di dinding reruntuhan yang dihuni burung hantu. Burung-burung hantu menakutkannya, si elang berkata, “Bagi kalian tempat ini mungkin tampak makmur, tetapi tempatku ada di pergelangan tangan raja.” Beberapa burung hantu berteriak kepada temannya, “Jangan percaya kepadanya! Ia menggunakan tipu muslihat untuk mencuri rumah kita.” Kumpulan Quotes Ramadhan Jalaludin Rumi 2022 1. “Biarkanlah dirimu dibentuk oleh tarikan yang kuat dari sesuatu yang kamu cintai.” 2. “Setiap penglihatan tentang keindahan akan lenyap. Setiap perkataan yang manis akan memudar.” 3. “Berhenti merasa kamu begitu kecil. Kamu adalah alam semesta yang bergembira.” 4. “Tuhan telah memasang tangga di hadapan kita, kita harus mendakinya, setahap demi setahap.” 5. “Dalam perjalanan itu tak ada lorong sempit yang lebih sulit dari ini, beruntunglah orang yang tak membawa kedengkian sebagai teman.” 6. “Jangan merasa kesepian, seluruh alam semesta ada di dalam diri kamu.” 7. “Ketika engkau melambung ke angkasa ataupun terpuruk ke dalam jurang, ingatlah kepada-Ku, karena Akulah jalan itu.” 8. “Dalam mendengar ada perubahan sifat, dalam melihat ada perubahan hakikat.” 9. “Mata hati punya kemampuan 70 kali lebih besar untuk melihat kebenaran daripada indra penglihatan.” 10. “Ada suara yang tidak menggunakan kata-kata. Dengarkanlah.” 11. “Luka adalah tempat di mana cahaya memasukimu.” 12. “Luka yang kamu rasakan adalah sebuah pesan. Dengarkanlah mereka.” 13. “Abaikan apa pun yang membuatmu takut dan sedih, yang menyurutkanmu ke belakang menghadapi sakit dan maut.” 14. “Apa yang engkau cari sedang mencarimu.” 15. “Di mana pun kamu berada, jadilah jiwa di tempat itu.” 16. “Hari kemarin telah berlalu dan ceritanya sudah diceritakan. Hari ini benih-benih baru tumbuh.” 17. “Bila kamu ingin mempelajari suatu rahasia, hatimu harus melupakan tentang rasa malu dan martabat. Kamu adalah orang yang dicintai Tuhan, namun kamu mengkhawatirkan apa yang orang katakan.” 18. “Kamu terlahir dengan sayap, mengapa memilih untuk merangkak melewati hidup.” 19. “Kemarin aku pintar, aku ingin mengubah dunia. Sekarang aku bijak, maka dari itu aku mengubah diriku sendiri.” 20. “Wanita adalah seberkas sinar Tuhan Dia bukan kekasih duniawi. Dia berdaya cipta Engkau boleh mengatakan dia bukan ciptaan.” Nah itulah beberapa kumpulan puisi, syair dan quotes Jaluludin Rumi yang bisa Anda jadikan bahan pembelajaran pada bulan puasa Ramadhan 2022 ini, dan semoga bermanfaat. kk Dapatkan Update Berita Terbaru dari di Google News
Berikutpuisi paling sejuk dari Jalaluddin Rumi, untuk semua umat Islam yang berpuasa: Ada rahasia tersimpan dalam perut kosong. Kita ini cuma alat musik petik, tak lebih dan tak kurang. Jika kotak suaranya penuh, musik pun hilang.Â. Bakarlah habis segala yang mengisi kepala dan perut. dengan menahan lapar, maka.
Menyajikan artikel berisi kata-kata, kutipan, dan kalimat yang menginspirasi April 2022 1509waktu baca 3 menitTulisan dari Inspirasi Kata tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparanPuisi tentang Puasa Ramadhan. Foto Unsplash/Abdullah ArifPuisi tentang Puasa Ramadhan. Foto Unsplash/Muhammad AmaanPuisi tentang Puasa RamadhanBulan KerinduanOleh Imanta Alifia OctaviraDikala malam yang rindu menerka akan berkah senja menguras air suara adzan menyejukkan jiwa mengharap itu bulan kerinduan?Kaukah Ramadhan?Atas izin Allah membawa ladang harapan penuh jarak semakin pada akhirnya kepergianmu di depan keindahanmu selalu dalam dekapan?Menghiasi relung hati yang teramat do’a membasahi harapan sepertiga hembusan nafas yang mengalahkan pedihnya sang Maha Cinta yang dapat menyatukan.“Surat Untuk Adik Berhijab Merah”Oleh Juni SariDik, hari ini kau puasa?Engkau menjawabku dengan anggukan manjaTersirat seutas niatmu memohon ampunan atas dosaSembari bibirmu melantunkan doa-doaTak menelan nasi tetapi menelan nestapaEngkau tak perlu bercerita, Allah Tahu segalanyaBersabarlah atas siksa di duniaNanti kakimu berubah panjang ketika melangkahiapi nerakaWahai adik berhijab merahSuara petasan tengah meronta-rontaSemoga dukamu dapat berbuah menjadi kurmaYang bisa engkau santapketika berbuka puasaTransfigurasi AksiOleh Najwa Aulia FitriSepasang netra menganga, menilik prakata di atas mejaMenerpa gelak gelora, semangatnya kian membaraSenja menyapa surya, ayun-termayun dibuatnyaMerdeka sudah dahaga, berlepas pada KuasaTiada cela dan lengah tatkala menjumpai sunnah-NyaDigdaya katanya, meminda pahala jadi sempurnaTelatah makna tema, tersua ridha dari-NyaBerdaya guna untuk sesama manusiaAdiluhung agung, termenung nista nestapaRamadhan mendengung, paripurna ampunannyaKentara kausa menyulih suara, tanpa lengkara nyataTransfigurasi menjelma tata cara, asal mula makrifatullahPasuruan, 30 Mei 2019
KumpulanPuisi-Puisi / Sajak-Sajak Terbaik Jalaluddin Rumi Assalamualaikum sahabat pecinta Syaikh Jalaluddin Rumi yang mungkin sedang kangen untuk membaca Karya-Karya Besar beliau, berikut ini Puisi.ID postingkan 100 puisi-puisi terbaik Syaikh Jalaluddin Rumi. Selamat membaca : Hanya Budak-Nya Djalal ad-Din Muḥammad Rumi ou Roumi Balkh, 30 septembre 1207 - Konya, 17 décembre 1273 est un mystique poète et philosophe persan qui a profondément influencé le soufisme. Il existe une demi-douzaine de transcriptions du prénom Djalal-el-dine, majesté de la religion » de djalal, majesté, et dine, religion, mémoire, culte. Il reçut très tôt le surnom de Mawlānā, qui signifie notre maître ». Son nom est intimement lié à l'ordre des derviches tourneurs » ou mevlevis, une des principales confréries soufies de l'islam, qu'il fonda dans la ville de Konya en Turquie. Il écrivait tous ses poèmes en persan farsi. La plupart de ses écrits lui ont été inspirés par son meilleur ami, Shams ed Dîn Tabrîzî - dont le prénom peut être traduit par soleil de la religion » - originaire de Tabriz, ville d'Iran. - Lire la Biographie Complète de Rumi
Denganberpuasa, mata batin dan kepekaan manusia kiranya akan lebih terasah dan tajam sehingga hikmah-hikmah tentang hidup dan kehidupan dengan lebih mudah kita dapatkan. Selain Maulana Jalaluddin Rumi, penyair Syekh Hamzah Fansuri juga banyak menulis tentang anjuran untuk berpuasa dalam puisi-puisinya.
.